Kamis, 09 Mei 2013

BERPRESTASI UNTUK KAMPUS PERADABAN



Salamullahi ‘alaikum warahmatullahi ta’ala wabarakatuhu wamaghfiratuhu.
Salam Prestasi !!!
Sebelumnya, izinkan saya mengawali artikel ini dengan sebuah Curhat (Curahan Hati) saya tentang istilah “Kampus Peradaban”.
Ketika awal memasuki dunia kampus, saya mendengar sebuah ungkapan yang sering didengung-dengungkan oleh para dosen dan mahasiswa senior. Ungkapan tersebut adalah “Kampus Peradaban”. Mendengar ungkapan ini, ada sebuah pertanyaan yang tiba-tiba terlintas begitu saja di benak saya. Lebih tepat mana, disebut “Kampus Peradaban” atau “Kampus Perjuangan Peradaban” ?
Bismillah.....
Berbicara mengenai Peradaban, maka salah satu pilar yang akan terbawa dalam pembicaraan tersebut adalah Ilmu. Betapa tidak, kita dapat bercermin dari sejarah peradaban-peradaban umat manusia terdahulu. Dimulai dari perjuangan hebat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menakjubkan, para khilafah rasyidah yang menyejarah, hingga kemunculan dinasti-dinasti yang mempunyai karakteristik masing-masing. Semua perjalanan tersebut membangun sebuah kisah tentang peradaban yang sempat hadir di muka bumi.
Mereka adalah orang-orang hebat yang benar-benar berilmu. Inilah salah satu kunci keberhasilan yang menjadi dasar atas kecemerlangan peradaban. Tanpa mengesampingkan kerja keras pengelolaan pemerintahan oleh para khalifah, kerja keras para ulama yang membimbing umat, juga kesetiaan dan kepatuhan umat kepada pemimpinnya, kontribusi ilmu merupakan warna tersendiri yang tidak akan pernah terhapus.
Sekarang kita melihat realita yang ada di depan mata kita saat ini. Semangat untuk menghidupkan sendi-sendi peradaban tentu tidak bisa terlepas dari pentingnya penguasaan atas ilmu. Tentu tidak bisa dilepaskan dari urgensi untuk memperoleh kompetensi yang bermanfaat. Bukan hanya untuk mendapatkan prestasi yang membuat terkenal secara pribadi, namun juga prestasi atas pencapaian luar biasa yang bisa memberikan kontribusi besar kepada kehidupan sekitar.
Disinilah kampus menunjukkan peran pentingnya. Kampus adalah komunitas, dimana Civika (Civitas Akademika) hidup bersama di dalam satu kesatuan sistem. Di tempat inilah banyak berkumpul para pemuda dari penjuru negeri, dengan motivasi besar untuk mendapat ilmu sebanyak-banyaknya. Maka, kampus merupakan tempat yang signifikan dalam pembangunan salah satu pilar peradaban, yakni Ilmu.
Kalau kita berbicara tentang “Kampus Peradaban”, maka yang kita fokuskan adalah manusianya. Manusia yang menghuni kampus, yang menggunakan kampus, yang mengatur kampus, atau bahkan yang hanya berjalan-jalan untuk melihat-lihat kampus. Kampus tidak hanya sekadar dimaknai sebagai benda mati, meskipun diasosiasikan sebagai benda. Tidak ada artinya gedung-gedung kuliah, perpustakaan, taman, lahan parkir, masjid, kantin dan sebagainya itu tanpa manusia di dalamnya. Maka, dosen, tenaga kependidikan, security, cleaning service, dan terutama para mahasiswa adalah jantung dan otak yang menggerakkan benda yang namanya kampus itu menjadi mekanisme yang hidup, semarak, merona, berdenyut dan berdentang, cetar membahana badai (seperti kata Syahrini), bahkan mengalir kencang menantang zaman.
Mahasiswa merupakan komponen yang tak bisa di lepaskan dari maju atau mundurnya kampus, bahkan bangsa ini. Mahasiswa adalah agen perubahan sosial (Agent of Sosial Change), begitulah identitas yang selayaknya terus mengakar dalam diri mahasiswa. Mereka ada untuk menjadikan perubahan, untuk selanjutnya dari akar perubahan itulah yang nantinya akan melahirkan ideologi peradaban kampus.
Kontribusi utama yang harus diberikan mahasiswa sebagai agen-agen perubahan adalah berprestasi di kampus, tempat dimana mereka memulai gerakan pembangunan peradaban. Prestasi yang dimaksud adalah tidak hanya sekadar menjadi mahasiswa biasa yang hanya sibuk belajar saat jam kuliah, melainkan menjadi mahasiswa luar biasa yang aktif dalam menyongsong peradaban kampus. Mahasiswa harus senantiasa serius untuk aktif dalam pergerakan kampus. Sebab tanpa pergerakan mahasiswa, kampus seolah-olah hilang peradabannya.
Disamping itu, Kontak dengan masyarakat sekitar harus tetap dipelihara dan dibangun, karena hubungan itu menjadi penting dalam dua hal. Pertama, hubungan kampus dengan masyarakat luas adalah dalam satu sistem besar, yang keduanya harus bersimbiosis mutualistis. Hidup saling barkaitan dan menguntungkan satu sama lain. Kedua, kelak para mahasiswa akan kembali ke masyarakat luas yang merupakan asalnya sebelum memasuki dunia kampus.
Di Universitas Negeri Gorontalo (UNG) atau yang dikenal dengan julukan “Kampus Merah Maron”, para mahasiswa yang senantiasa dipacu untuk dapat memberikan andil yang besar dalam upaya pewujudan “Kampus Peradaban” adalah para mahasiswa yang menerima beasiswa Bidik Misi. Seperti namanya, Bidik Misi (Biaya Pendidikan Miskin Berprestasi), para mahasiswa yang menerima beasiswa ini selalu menjadi sorotan utama Rektor UNG, Bapak Dr. Syamsu Qamar Badu, M.Si, untuk terus berprestasi. “Prajurit Akademik”, julukan itulah yang diberikan oleh rektor UNG ini kepada para mahasiswa Bidik Misi. Julukan ini diberikan dengan harapan agar para mahasiswa Bidik Misi bisa menjadi ujung tombak yang selalu berada di garda terdepan barisan pasukan UNG dalam menghadapi tantangan global dunia pendidikan.
Jadi, prestasi yang diharapkan dari mahasiswa di “Kampus perjuangan Peradaban” adalah prestasi akademik maupun non akademik, prestasi di lingkungan masyarakat kampus maupun di lingkungan masyarakat di luar kampus, yang nantinya prestasi-prestasi tersebut bisa memberikan kontribusi besar atas terwujudnya “Kampus Peradaban”.

Dari kampus kita bangun Peradaban, dengan Ilmu insya Allah kita bisa..
INI PRESTASIKU, MANA PRESTASIMU ?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar